TAK ADA JALAN KEMBALI
Sering kali, kita “dimanjakan” oleh sebuah pilihan. Misalnya, saat memilih menjadi wirausahawan dengan keluar dari pekerjaan, kita “dimanjakan” dengan pikiran, “Kalau tak bisa sukses, perusahaan lama pasti akan menerimaku lagi.” Akibatnya, pikiran yang ada di “zona nyaman” itu justru membuat kita kurang bisa maksimal dalam menjalankan usaha. Beda dengan orang yang dipecat dari pekerjaan. Karena kepepet, ia akan mati-mati berjuang. Sebab, jika tak sukses, ia akan kesulitan meneruskan kehidupannya.
Banyak karya besar dunia yang justru muncul akibat “kepepet”. Karena tak ada jalan kembali, dan satu-satunya pilihan adalah maju ke depan, justru segenap potensi menjadi tercurahkan. Hal ini mengingatkan kita pada kisah salah satu sosok inspiratif yaitu mantan pemimpin redaksi Majalah Elle di Perancis. Jean-Dominique Bauby. Sang pemimpin redaksi majalah fashion kenamaan itu meninggal pada tahun 1996 silam di usia 45 tahun. Namun, sebelum meninggal, ia menuliskan catatan yang diberi judul Le Scaphandre et le Papillon (The Bubble and the Butterfly).
Hebatnya, buku itu “ditulis” dalam keadaan lumpuh total! Ya, Jean tak punya “jalan kembali” ke kariernya yang cemerlang sebagai penulis andal dan pemimpin redaksi majalah Elle. Itu semua disebabkan oleh penyakit yang disebut locked-in syndrome, yang ia sebut dirinya “seperti pikiran di dalam botol”. Ia masih bisa berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Itulah satu-satunya cara berkomunikasi dengan orang-orang di sekelilingnya.
Dalam kondisi “tak ada jalan kembali” itu, Jean “menulis” dengan kedipan kelopak matanya. “Penerjemahnya”, Claude Mendibil, menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya. Salah satunya, ia menulis: “Saya akan jadi pria paling bahagia di dunia, jika saya bisa dengan mudah menelan ludah yang memenuhi mulut saya.” Bayangkan, penderitaan seperti apa yang dialaminya. Namun, dengan kondisi itu, ia menulis buku terakhir yang menginspirasi dunia. Ia bahkan juga mendirikan asosiasi yang membantu orang-orang yang menderita seperti dirinya. Ia terus maju untuk menjadi “motivator” dengan caranya. Karena itu, sejak ia meninggal—yakni tiga hari seusai buku itu dicetak—kisah perjuangannya mampu menginspirasi banyak orang. Itulah sepenggal kisah orang yang “tak punya jalan kembali”, namun ia mampu terus maju dan “memenuhi” takdirnya, sebagai inspirator dunia.
Sahabat luar biasa, yakinlah, kita pasti punya sejuta potensi yang masih bisa dikerahkan untuk menjadikan hidup kita penuh kebaikan. Jika Jean bisa melakukan sesuatu yang penuh arti di ujung hidupnya, kita pun bisa melangkah lebih pasti untuk mencapai sukses yang kita damba. Salah satu caranya: “jangan memikirkan jalan kembali”. Tapi, fokuskan pada apa yang bisa kita maksimalkan untuk melangkah lebih baik ke depan.
Terus melangkah, semoga hidup kita akan makin penuh berkah.
Salam sukses luar biasa!
Sumber: Andriewongso
Sumber: Cerita Motivasi & Inspirasi
0 Response to "TAK ADA JALAN KEMBALI"
Post a Comment