Pengaruh Emotional Quotient dalam Kesuksesan (Kebiasaan Puasa/Menahan Diri)
Tak semua orang menyadari bahwa kemampuan kita dalam mengelola emosi bisa sangat mempengaruhi kondisi keuangan kita. Dalam konsep Kecerdasan Emosi ada sebuah istilah yang disebut dengan “Delay Gratification”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Delay Gratification kurang lebih berbicara mengenai kemampuan kita dalam menunda pemuasan hasrat (keinginan) kita karena menyadari ada kepentingan yang jauh lebih besar.
Seorang ahli pernah melakukan sebuah percobaan menarik terhadap sekelompok anak-anak, berusia 4 tahun. Mereka secara bergiliran, satu-persatu dimasukkan ke dalam ruangan yang berisi banyak permen (marshmallow). Kemudian mereka disuruh duduk menghadap sebuah meja, dan di atas meja itu diletakkan sebuah permen yang paling disukai semua anak-anak. Anak itu dijelaskan, jika ia sanggup menahan untuk tidak memakan permen itu selama 15 menit, maka ia akan mendapatkan permen yang sama dalam jumlah yang berlipat-lipat lebih banyak.
Ternyata hasilnya sungguh mengherankan, lebih dari 50% anak-anak tidak mampu menahan godaan untuk memakan permen itu. Dan penelitian lebih lanjut dilakukan selama 14 tahun ke depan. Ternyata anak-anak yang mampu menahan diri tidak makan permen itu, mereka berhasil bersekolah di sekolah-sekolah yang lebih bagus dan memiliki kualitas kehidupan yang lebih baik, sementara anak-anak yang gagal menahan diri dan memakan permen sebelum waktunya, umumnya menjadi orang-orang yang suka membuat onar dan beberapa dari mereka memiliki masalah dengan narkoba.
Itulah kesimpulan eksperimen marshmallow yang pertama kali dilakukan oleh Walter Mischel dari Stanford University di ear 60-an.
Penelitian ini adalah sebuah tes untuk memperlihatkan kemampuan dalam melakukan Delay Gratification. Pada usia anak-anak, hasil tersebut sebenarnya masih bisa dimaklumi karena otak mereka belum berkembang sepenuhnya, namun, para ahli mengatakan bahwa seharusnya orang dewasa memiliki kemampuan Delay Gratification yang jauh lebih tinggi. Tapi kenyataannya? Banyak sekali kita jumpai orang-orang yang tidak mampu menahani diri untuk membeli barang-barang yang mereka inginkan padahal mereka tahu bahwa ada kebutuhan lain yang sebenarnya lebih perlu untuk dibeli.
Sering juga kita mendengar ratusan cerita dari orang-orang yang harus ngutang kesana-kemari dan rela kelaparan berminggu-minggu gara-gara uangnya habis hanya untuk membeli Handphone baru padahal Handphone-nya yang lama masih sangat “sehat” dan masih bisa dipakai. Saya juga menjumpai banyak orang yang tingkat keuangannya hanya segitu-segitu saja karena setiap bulan ia sibuk menghabiskan uangnya untuk shopping, makan di restoran mahal, dan terus membeli barang-barang mewah. Sebagian dari mereka adalah orang-orang berpendidikan tinggi yang harusnya cukup “cerdas” untuk mengetahui bahwa perbuatan mereka tergolong konyol dan “kurang cerdik”. Ketidakmampuan kita untuk melakukan Delay Gratification bisa berpengaruh besar terhadap kesehatan finansial kita. Fenomena seperti ini jelas sekali mengatakan kepada kita bahwa IQ saja tidak cukup untuk menjadi sukses dan menjadi kaya! Anda butuh kecerdasan emosi juga! Pertanyaannya sekarang, bagaimana caranya untuk meningkatkan kemampuan Delay Gratification kita?
Ada tips-tips ringan yang bisa membantu,
Pertama, hindari bertemu dengan “permen” itu. Artinya, jika Anda tahu bahwa Anda selalu “kebobolan” setiap kali masuk ke mal, maka yang harus Anda lakukan adalah kurangilah frekuensi pergi ke mal! Jika Anda tahu bahwa keuangan Anda sedang tidak bagus, hindarilah untuk bertemu dengan keadaan-keadaan yang bisa memancing Anda untuk menjadi boros. Kadangkala bukan salah para penjual yang gencar berpromosi, melainkan salah kita sendiri yang “mengantarkan” diri kita sendiri mendekati perangkap yang sudah jelas-jelas kita ketahui lokasinya.
Kedua, bayangkan Keuntungannya! Setiap kali Anda tergoda untuk mengeluarkan uang Anda untuk hal-hal yang tidak perlu, segeralah membayangkan betapa banyak uang yang bisa Anda simpan dan kenikmatan yang jauh lebih besar yang bisa Anda peroleh jika Anda berhasil menahan diri. Misalnya, jika Anda ingin membeli Handphone baru, bayangkanlah diri Anda bisa membeli Handphone yang jauh lebih canggih dan mahal jika Anda bisa menahan diri. Selalulah berkata pada diri-sendiri, “Tahan sebentar sekarang, nanti bisa mendapat yang jauh lebih baik”.
Ketiga, tunda! Cobalah untuk menunda membelinya. Carilah berbagai alasan untuk Anda menundanya. Entah itu mencari tempat lain yang lebih murah, menyelidiki barang serupa yang mungkin lebih bagus tapi harganya lebih murah, mencoba survey kepada teman yang sudah memilikinya, atau menyelidiki dulu spesifikasinya apakah benar-benar bagus. Katakan pada diri sendiri, “Aku pasti akan membelinya, tapi jangan sekaranglah…” Bersikaplah seolah-olah Anda memang berniat membelinya tapi tidak sekarang.
Keempat, berlatihlah dari hal-hal lain yang lebih sederhana. Latihlah kemampuan Delay Gratification ini dari hal-hal simpel, misalnya belajar mengantri, melakukan puasa, belajar lebih sabar dalam berkendaraan dan menyalip, dan berbagai hal sederhana lainnya.
Kelima, selalulah pergi dengan perut kenyang!
Penelitian mengatakan bahwa ketika kita lapar, maka kecenderungan kita untuk menjadi lebih boros akan bertambah besar. Itu sebabnya, jika Anda akan bepergian, akan lebih bijaksana jika Anda mengisi perut Anda dahulu. Apalagi jika berangkat berbelanja. Lapar adalah salah satu kondisi yang terbukti berpengaruh besar pada impuls emosional yang tidak terkendali. Betapa sering ketika berbelanja dengan perut kosong dan sekembalinya ke rumah, kita pun menyesalinya.
Terakhir. Kelolalah Stres . Penelitian juga menyatakan bahwa orang yang mengalami stres akan lebih royal dalam membelanjakan uangnya karena pikirannya terlalu lelah untuk mempertimbangkan konsekuensi tindakannya. Itu sebabnya, sangat penting sekali untuk melakukan stress management agar Anda selalu punya awareness terhadap semua tindakan Anda. Jadi, ingin menjadi lebih cepat kaya? Tingkatkanlah kecerdasan emosi Anda sekarang juga! Akhirnya, mari kita tutup dengan apa yang dikatakan oleh Jim Rohn, salah satu motivator terkemuka, “Formal education will make you a living, but self-education will make you a fortune"
Semoga bermanfaat... Email This BlogThis! Share
Sumber : Cerita Motivasi & Inspirasi
0 Response to "Pengaruh Emotional Quotient dalam Kesuksesan (Kebiasaan Puasa/Menahan Diri)"
Post a Comment